Mochammad Habib Saputra.

Rabu, 14 Agustus 2013

Cerpen buatanku sendiri :D (BROKEN HOME)


“Broken home”

            Pagi yang cerah ini, tak secerah suasana hatiku yang selalu dipenuhi kecemasan yang berlebihan. Masalah selalu datang menghampiriku, serasa masalah itu anggota keluargaku saja. Bahkan aku dilahirkan oleh keluarga yang bermasalah juga. Semenjak aku berumur 16 tahun,
dimana saat itu aku sudah mempunyai adik bernama Risa, dia masih berumur 3 bulan. Semenjak mama mengandung Risa, saat inilah dimulainya kehancuran keluarga kami. Papa mengelak kalau Risa ini adalah buah dari mereka berdua. Papa berfikir kalau mama selingkuh dengan orang lain, karena dari satu tahun yang lalu, papa mendapat job di luar negeri dan baru pulang dari Hongkong satu bulan lalu, setelah pulang dirumah papa dikejutkan dengan kehamilan mama yang kontrovensi. Dengan tuduhan yang sedemikian rupa, mama bersih keras mengelak kalau mama selingkuh dengan orang lain, bahkan mama memutar balikan tuduhan itu dengan menuduh papa selingkuh saat berada di Hongkong, sebab papa tidak pernah memberi kabar ketika berada di Hongkong.
            Papa adalah salah satu dari anggota DPR RI yang bertugas diluar kota bahkan luar negeri. Oleh karena itu papa jarang untuk pulang ke rumah. Dan mama adalah seorang sekretaris dari salah satu perusahaan terbesar di Jakarta, mamapun selalu pulang malam kalau bekerja. Oleh sebab itu aku merasa kesepian setiap aku berada dirumah.
            Pada tanggal 12 September 2011, lahirlah Risa dimuka bumi ini. saat inilah aku sangat bahagia karena impianku mempunyai adek akhirnya terwujud juga. Kebahagiaanku ini tidak terpancar diwajah papa, bahkan papa tidak datang saat mama melahirkan Risa, Papa lebih mementingkan pekerjaannya.keadaan seperti ini terus berlanjut hingga sekarang. Papa dan mama selalu bertengkar setiap hari. Dengan sumber masalah yang berbeda-beda, papa dan mama menghiasi pagi, siang, sore, dan malam dengan emosi-emosi keegoisan mereka. Tidak jarang juga masalah mereka berimbas ke kami, anak-anak mereka. Risa yang masih kecilpun harus menelan pahitnya kehidupan keluarga kami, tidak ada seorangpun kecuali saya yang mau merawatnya. Sekolahpun aku relakan untuk bisa merawat adek tercintaku ini. Tak jarang juga aku membeli susu kaleng untuk adekku dengan uang SPPku.
            Masalah satu belum selesai, datang lagi masalah yang baru. Bagaikan bencana ini adalah sebagaian dari nafasku. Risa yang selama ini aku rawat dengan susah payah, Ia sekarang terkenah demam yang tinggi, badannya panas sekali dan dia hanya bisa menangis menahan sakitnya itu. Dengan menahan keluarnya air mataku ini karena tidak tega melihat Risa kesakitan, segera aku membawa Risa menuju rumah sakit yang letaknya satu kilometer dari rumah kami. Untungnya aku bertemu Abi, paman dari sahabatku yang bekerja sebagai dokter di rumah sakit itu. Aku pasrahkan semuanya untuk kesehatan Risa ke om Abi, dengan menitipkan uang 1O juta yang aku dapatkan dari laci dikamar papa, aku percayakan semua administrasinya ke om Abi. Sambil menunggu informasi kesehatan Risa, dengan fikiran yang penuh dengan masalah yang menimpah hidupku, aku pergi menuju rumah Joko , sahabatku. Memang sebelumnya aku sudah diundang untuk datang kerumahnya. Sesampainya dirumah Joko, aku disambut dengan hangat oleh Acha, kekasihku. Kami bergerak menuju ruang utama dirumah Joko.Tidak terlihat satu orangpun dari keluarganya saat itu, memang dari 3 hari yang lalu seluruh keluarga Joko liburan ke Paris. Tidak lama kemudian datanglah Mia dengan membawa bungkusan plastik yang berisi minuman keras yang sering kita minum disaat banyak fikiran seperti ini. Didorong banyak masalah yang menimpahku, akupun meminum minuman haram itu hingga aku mabuk berat.
Saat jam dinding menunjukan pukul 20.11 WIB, aku meminta tolong bima untuk  mengantarkanku pulang kerumah papa dan mama. Sesampainya aku dirumah papa dan mama, dan didorong dengan keadaanku yang mabuk berat, aku memanggil kedua orang tuaku dan aku memberanikan diri untuk mengungkapkan keegoisan-keegoisan mereka dan mengabarkan kondisi Risa yang sesungguhnya. Belum selesai aku mengungkapkan kesalahan-kesalahan mereka, pembicaraan ini dipotong oleh suara handphone papa yang berdering. Segeralah papa melangkahkan kakinya menuju handphone papa yang papa letakan diatas meja santai. Tidak lama kemudian papa meneteskan air mata dan melepaskan handphonenya dari tangannya. Mamapun pergi menghampiri papa dan mencari tahu penyebab papa meneteskan air mata itu. Dan tidak tahu kenapa, tiba-tiba mereka saling memeluk satu dengan yang lainnya sambil menangis tanpa aku ketahui penyebabnya. Saat itulah aku melihat papa dan mama dekat kembali. Mereka berjalan menuju aku dengan tetesan air mata mereka. Mereka memberi tahu bahwa Risa telah meninggal dunia karena terkenah  penyakit demam berdarah. Setelah aku mengetahui adek kesayanganku sudah tiada, aku jatuh tidak sadarkan diri.
Setelah beberapa jam aku tidak sadarkan diri, akhirnya aku sadar kembali, aku teringat akan Risa, adek tersayangku. Aku keluar dari kamarku dan menuju ruang tamu. Setibanya aku diruang tamu, aku melihat tetangga-tetanggaku sudah mulai keluar satu demi satu dari rumahku. Aku tidak menyangkah kalau aku melewatkan proses pemakamam adekku. Segeralah aku menuju ke tempat peristirahatan terakhir adekku tercinta. Sesampainya dimakam adekku, aku melihat papa dan mama disana, mereka berdua menangis sambil mengusap batu nisan Risa. Ku langkahkan kakiku menuju mereka berdua dan kumemeluk makam Risa dengan air mata yang terus mengalir sambil mengucapkan terima kasih ke Risa, karena doa Risa yang saat ini berada disurga telah membuat hati orang tuaku luluh dan akhirnya tak ada lagi pertengkaran yang selalu menghiasi kehidupan keluarga kami.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar